22 Agustus 2008

Dasar-dasar menganalisa naskah

. 22 Agustus 2008

Tujuan menganalisa naskah

Bahasa adalah media sastra, sama seperti tanah liat adalah materi seorang pematung. Untuk dapat benar-benar mengerti naskah drama, aktor harus mempelajari kata-kata, yang adalah balok-balok pembangun naskah itu. Sebagai seorang aktor, analisa naskah yang dilakukannya tidak seperti cara seorang sastrawan yang menafsirkannya untuk kepentingan sastra, tetapi seorang aktor berusaha memecahkan masalah bagaimana menghidupkannya kembali di atas panggung atau di depan kamera.

Penulis naskah selalu memulai tulisannya dengan visi. Setiap karakter di naskah tersebut hidup dalam diri si penulis sebagai bagian dari seluruh mekanisme yang memberi ekspresi pada visi tersebut. Visi yang memberi fondasi pada kata-kata adalah sesuatu yang dapat dimengerti jika kita meraihnya ke dalam melalui kata-kata. Visi lebih mendasar daripada kata-kata. Visi adalah kekuatan yang menyokong kata-kata. Visi adalah embrio komunikasi.

Oleh karena visinya, seorang penulis naskah mempunyai arah untuk memilih dan mengkombinasikan sedemikian rupa, untuk menciptakan karakter-karakter dalam situasi-situasi mereka, dan memberikan struktur menurut gaya tertentu. Para aktor dapat meraih ke visi tersebut dengan menganalisa detail-detail ini, dengan cara memutarbalikkan proses rekonstruksi naskah tersebut. Pendekatan ini lebih berarti daripada menganalisanya secara naluri dan memberikan respon secara garis besarnya saja. Dalam produksi, sutradara akan memberikan bimbingan untuk melihat visi naskah melalui konsep produksinya. Begitu pula dengan si aktor, mengembangkan visi yang sejalan dengan konsep sutradara.

Banyak aktor yang hanya membaca naskah dengan menggunakan naluri saja, yang mana membuat mereka yakin bahwa hasilnya adalah visi dari naskah itu. Walaupun kita harus memberikan respon naluri kita kepada naskah, kita harus hati-hati membimbing dan membetulkan respon kita itu melalui penyelidikan yang mendetail isinya, karena jika tidak, kita tidak punya garansi apakah respon itu benar-benar respon terhadap naskah atau hanya perasaan-perasaan pribadi saja yang timbul dan digerakkan oleh naskah.

Naskah sebagai sebagai satu kesatuan yang utuh
Analisa naskah harus dilakukan secara keseluruhan. Karakter-karakter tidak diciptakan untuk dilihat secara individu, mereka diciptakan untuk tujuan tertentu sebagai bagian dari keseluruhan struktur. Hubungan mereka harus jelas menurut mekanisme struktur naskah itu jika hasilnya ingin benar. Karakter tidak dapat dimengerti jika kita tidak tahu bagaimana mereka menjadi bagian dari keseluruhan struktur.

Banyak aktor yang tidak pernah melihat melebihi karakter mereka sendiri. Mereka merasa dirinya penyambung lidah si karakter sehingga mengorbankan keseluruhan penafsiran naskah. Ini adalah egoisme yang mematikan usaha kerja sama yang diharapkan dari sebuah pertunjukan. Kita harus menghormati naskah sebagai satu keseluruhan bukan hanya sebagian saja. ***

0 komentar: